Kamis, 01 April 2010

Jaringan Komputer

Pada era sekarang perkembangan teknologi semakin pesat dan terus berkembang. Komputer sebagai bentuk teknologi yang sangat membantu manusia dalam kehidupan sehari-hari baik itu untuk melakukan pekarjaan kantor, bermain game, mengirim e-mail, atau berkenalan dengan teman baru di jejaring sosial yang kian marak seperti facebook atau twiter, semua itu tidak akan ada gunanya apabila antara komputer itu tidak terhubung satu sama lain. Maka di buatlah jaringan komputer untuk menghubungkan antara komputer-komputer itu. Baik itu jaringan kecil seperti LAN ataupun jaringan yang besar seperti jaringan internet yang menghubungkan banyak komputer di dunia.
Di Indonesia Internet sudah mulai marak di gunakan oleh masyarakat dari anak-anak sampai orang tua, dari orang desa sampai orang kota, dari petani sampai orang berdasi sekarang mereka telah menggukanan internet untuk mencari data dan informasi . Sayangnya semua komputer yang ada di Indonesia belum terkoneksi dengan internet, hal itu di mungkinkan karena pemasangan jaringan dan biaya pemakaian membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Melihat akan kebutuhan dan permintaan maka banyak orang membangun warung internet (Warnet) yang sekarang kian menjamur di mana-mana. Tetapi hal itu pun menjadi kendala lagi karena tenaga teknis yang membuat jaringan masih sangat sedikit di banding permintaan.
Pada suatu waktu teman saya punya modal dan ingin membangun usaha maka saya tawarkan membangun warnet saja karena kebutuhan pasar yang banyak. Pada perjalanan pertama semuanya berjalan lancar bilik warnet sudah dibangun komputer sudah dibeli tetapi pada tahap pembangunan jaringan terjadi kendala karena biaya pembangunan mahal, karena melihat keterbatasan biaya maka saya dan teman saya mencoba membangun jaringan internet sendiri dengan sedikit pengalaman yang diperoleh di kampus akhirnya warnet pun berdiri di perempatan Dukuhwaluh dengan nama WPNet yang sekarang pindah di Banyumas.

di tulis untuk memenuhi tugas jaringan komputer noreguler
nama : Irsyad Prio ambodo
NIM : SIR200611

Selasa, 15 April 2008

Imperialis Amerika Si Macan Kertas yang Tengah Sekarat

Imperialis Amerika Si Macan Kertas yang Tengah Sekarat,
Mari Bersatu Dengan Klas Buruh dan Kaum Tani Memperingati
May Day dan Hardiknas
Lima tahun sudah peristiwa barbar penuh kebiadaban yang dilakukan imperialis Amerika Serikat (AS) dan sekutunya ke Irak. Situasi saat ini menunjukkan krisis di tubuh imperialisme utamanya imperialis AS semakin akut. Di sisi lain, klas buruh dan rakyat pekerja akan menyongsong peringatan Hari Buruh Sedunia (May Day) dan tak ketinggalan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Bagaimana sikap pemuda-mahasiswa akan hal ini?

Kredit Macet Perumahan (Subprime Mortgage) di AS, melambungnya harga minyak dunia, kebijakan perang Irak, konfl ik kawasan di Timurtengah, Amerika Latin dan negaranegara
Balkan, memperlihatkan betapa imperialis AS saat ini tengah dirundung sekian persoalan yang semakin membuka tabirkebusukan dari krisis di tubuh imperialisme.
Imperialis AS : Teroris No. 1, Sang Agresor dan Perampok Negeri Orang!
Tanggal 20 Maret 2003, imperialis AS dengan sekutunya melakukan bombardir terhadap Irak. Peristiwa ini menandai perang agresi imperialis AS terhadap negeri penghasil minyak nomor 2 (dua) terbesaar di dunia tersebut. Serangan militer AS dilakukan dengan dalih kepemilikan pemerintah Irak atas senjata pemusnah massal dan keterkaitannya dengan jaringan teroris Al-Qaeda, Osamah Bin Laden. Sebelumnya, AS melakukan hal serupa terhadap Afghanistan dengan alasan yang tidak juah berbeda.
Perang agresi imperialis AS yang menghabiskan 3 triliun dollar AS (sekitar Rp 27.000 triliun) ternyata menunjukkan kegagalan. Rakyat Irak terus melakukan perlawanannya mempertahankan diri dari agresi AS, hingga lebih dari 10.000 tentara AS tewas selama
menjalankan misi suci kaum imperialis AS tersebut. Perang agresi imperialis AS dan sekutunya telah menghancurkan penghidupan rakyat Irak. Ribuan orang tewas, jutaan lainnya mengungsi, kehidupan ekonomi hancur hingga kejahatan perang lainnya seperti tragedi penjara Abu Ghalib. Semua mata dunia terbuka, perang agresi imperialis AS serta sekutunya ke Irak dan Afghanistan ternyata untuk menguasai sumber-sumber dan jalur perdagangan minyak sekaligus
mengatasi krisis over produksi persenjataan milik imperialis AS. Perang agresi ke Irak membuka topeng kebusukan dominasi imperialis AS yang rakus akan sumber-sumber bahan mentah, pasar dan tenaga kerja murah untuk mendatangkan super profififi t luar biasa. Nafsu serakah imperialisme mau tidak mau membuat mereka akan dan selalu mempersiapkan perang. Apa yang dilakukan imperialis AS dalam perang agresi ke Irak dan Afghanistan, menunjukkan perkembangan baru dari imperialis AS menjadi kekuatan fasis.
Menggunakan serangan 11 September 2001 sebagai preteks, imperialis AS meluncurkan apa yang dinamakan sebagai “perang melawan teror” (war on terror). Mereka mempercepat berbagai tindakan yang terang-terangan berupa agresi serta intervensi militer pada skala dunia. Serbuan dan pendudukan Afganistan dan Irak, pembangunan kembali, peningkatan pengerahan kembali
kekuatan bersenjata AS, anggaran belanja pertahanan yang meroket serta pemulihan berbagai program pertahanan berbiaya tinggi seperti program pertahanan anti peluru kendali jarak jauh dan program ruang angkasa, merupakan bagian “Proyek untuk Abad Amerika Baru”, yang ditetaskan oleh kaum neokonservatif untuk menguatkan hegemoni global AS dengan merebut sumbersumber dan wilayah strategis; serta merintangi, mendahului dan membinasakan oposisi dan para pesaing jangka-panjang. Dalamproses ini, AS secara mencolok mata melanggar hukum internasional, menginjak-injak hak-hak kedaulatan bangsa dan rakyat, menimbulkan malapetaka serta menghancurkan pusat hunian penduduk sipil dan lingkungan alam.
Perampokan sistematis dan perang agresi imperialis AS Irak dan Afghanistan serta rencana-rencana agresi sejenis ke negaranegara lain, semakin membuktikan bahwa imperialisme utamanya imperialis AS hanya akan membawa peradaban manusia di dunia dalam kebinasaan dan kemiskinan yang semakin merajalela. Dengandemikian, sangatlah penting bagi seluruh rakyat dan bangsa tertindas di seleruh dunia untuk memperkuat solidaritas internasional melawan dominasi imperialisme pimpinan AS dan rejim-rejim bonekanya di berbagai negeri

Krisis Umum Imperialisme Semakin Parah
Saat ini, krisis umum imperialisme semakin menjadi-jadi. Belum lama ini, AS kembali diguncang dengan krisis kredit macet perumahan (subprime mortgage) yang telah mengakibatkan daya beli merosot dan ledakan pengangguran akibat PHK. Kepercayaan dunia kepada AS pun perlahan-lahan dipertanyakan? Upaya-upaya pemerintah Bush dengan suntikan dana 150 miliar dollar AS dan menurunkan tingkat suku bunga juga tidak membawa perubahan cukup berarti. Di sisi lain, Bush sendiri mulai kehilangan pamornya akibat kebijakan mempertahan perang di Irak.
Di sisi lain imperialis AS juga mendapatkan tentangan dari China dan Rusia yang tengah meroket perekonomiannya. Bukan sekedar persaingan ekonomi, mereka pun mulai terlibat dalam persaingan senjata dan memperebutkan pengaruh di berbagai kawasan. Tetapi mereka masih bisa menempuh jalan kompromi dengan berbagai konsensus yang saling menguntungkan. Satu hal bahwa imperialis AS memiliki dominasi kuat atas kekuatan militer yang belum ada tandingannya oleh negara imperialis lainnya.
Di negeri-negeri yang ingin mempertahankan kedaulatannya dari rongrongan imperialis AS seperti Venezuela, Kuba, Korea Utara, Iran dan Palestina, tentangan melawan imperialis AS terus bergema. Provokasi AS dengan mendukung Kolombia yang membunuh Jubir FARC (Front Armed Revolutionary of Colombia) Raul Reyes, telah memancing Venezuela, Ekuador dan beberapa negeri latin lainnya dengan lantang mengutuk AS dan bersiap diri atas perang yang akan terjadi. Di Iran, sanksi PBB yang dijatuhkan terkait program pengembangan Nuklir Iran, tidak menyurutkan langkah pemerintah Ahmadinedjad. Naiknya Raul Castro menggantikan Fidel Castro tetap tidak mempengaruhi politik anti AS dari negeri tersebut. Upaya-upaya diplomasi AS terhadap Korea Utara juga tidak berjalan mulus. Sementara perseteruan Palestina-Israel yang tak kunjung padam, semakin memperlihatkan ketidakmampuan AS menangani konfl ik di Timurtengah.
Kondisi terparah justru terjadi di negeri-negeri jajahan dan setengah jajahan seperti Indonesia. Di negeri-negeri ini imperialisme menjadikannya sebagai cadangan utama untuk sumber bahan mentah, pasar dan mendapatkan tenaga kerja murah. Di negeri-negeri ini, imperialisme monyokong kuat rejimrejim boneka lewat eksport kapital baik investasi atau bentuk kerjasama ekonomi lainnya (utang, hibah, dsb) agar tetap bisa mengeruk sumber-sumber bahan mentah mulai dari perluasan perkebunan komoditi imperialis hingga penguasaan minyak dan bahan mineral lainnya. Dia juga memaksakan pembukaan kran impor untuk produk berlebih imperialis sehingga membuat ketergantungan yangluar biasa atas produk impor untuk kebutuhan dalam negeri hingga liberalisasi perburuhan yang memaksa buruh diupah murah dan tanpa jaminan kepastian kerja. Akibat dari itu semua, negeri-negeri jajahan dan setengah jajahan menjadi ladang krisis ekonomi yang semakin akut dan menghancurkan penghidupan rakyat secara luas utamanya bagi klas buruh dan kaum tani.

Rakyat Tertindas Sedunia Bangkit Melawan Imperialis AS dan Rejim Bonekanya
Saat ini Gerakan Rakyat di dunia semakin berkembang maju melakukan perjuangan melawan dominasi kaum borjuasi monopoli di negeri-negeri imperialis, melawan perang agresi dan pendudukan imperialis AS di berbagai negeri serta mengobarkan perjuangan yang sengit melawan berbagai rejim boneka imperialis yang menjadi penyokong utama kepentingan imperialisme di negeri-negeri jajahan dan setengah jajahan.
Gerakan anti perang di negeri-negeri imperialis yang melaknat perang agresi imperialis AS, tidak hanya mendesak penghentian perang, lebih dari itu mulai memberikan dukungan konkretnya atas perjuangan rakyat di Irak, Afghanistan ataupun Palestina yang terus dibombardir oleh barbarisme raja perang imperialis AS. Kredit macet perumahan (Subprime Mortgage) di AS, yang mengakibatkan daya beli masyarakat merosot, PHK, pencabutan subsidi sosial hingga diskriminasi terhadap kaum migran, telah membangkitkan kesadaran klas buruh dan rakyat pekerja untuk membongkar kebusukan kaum borjuasi monopoli di negeri-negeri imperialis.
Tidak ada kunjungan Bush atau utusan AS yang tidak disambut dengan gelombang demonstrasi. Forum-forum imperialis yang melibatkan AS, seperti WTO, WEF. G-8 dan CGI selalu dibanjiri protes buruh, tani, pemuda-mahasiswa, kaum miskin perkotaan ataupun kaum perempuan. Rakyat di berbagai dunia semakin terbuka kesadarannya tentang siapa sesungguhnya AS yang katanya pelindung dunia, negara demokrasi terbaik, penjamin HAM nomor wahid, tapi ternyata semua palsu. Dimana-mana demonstrasi anti bush dan AS selalu menyebutkan bahwa AS adalah teroris No. 1.
Kebangkitan gerakan rakyat secara luar biasa justru terjadi di negeri-negeri jajahan dan setengah jajahan. Itu semua akibat pelipatgandaan penghisapan dan penindasan imperialis, yang
tercermin dalam krisis ekonomi yang semakin tajam dan akut, yang membuat penghidupan massa rakyat terus merosot. Klas buruh, kaum tani, dan berbagai kekuatan rakyat lainnya terus melakukan perjuangan dan aksi-aksinya menuntut hak-hak demokratis hingga melakukan perjuangan yang lebih hebat menuntut pembebasan nasional demokratis.
Perjuangan rakyat Irak dan Afghanistan terus berkobar, meskipun AS mengekspor terus para yankee-nya ke negeri 1001 malam tersebut. Gerakan melawan rejim boneka imperialis AS dan perjuangan pembebasan nasional terlihat nyata di Filipina, India, Pakistan, Nepal, Turki, Bangladesh, beberapa negeri Amerika Latin, dan sebagainya. Aksi-aksi protes rakyat, demonstrasi anti rejim hingga perlawanan bersenjata terhadap rejim boneka imperialis AS di berbagai negeri terjadi terus menerus. Hal ini pun terjadi di Indonesia. Rejim SBY-Kalla semakin kehilangan kewibawaannya di mata rakyat Indonesia dengan rentetan kebijakan anti rakyatnya dan bangkitnya gerakan protes rakyat tertindas Indonesia secara meluas.
Imperialisme (utamanya imperialis AS) akhirnya perlahanlahan menggali liang kuburnya sendiri dan mempertontonkan dirinya macan kertas yang tengah sekarat. Kebangkitan gerakan rakyat di negeri-negeri jajahan dan di negeri-negeri induk imperialis telah membuka gerbang bagi perubahan dunia baru untuk mewujudkan keadilan sosial dan perdamaian abadi. Periodeisasi dari perkembangan krisis umum imperialisme telah melahirkan berbagai perubahan sosial spektakuler ; Revolusi Besar Oktober 1917, Revolusi Demokrasi Rakyat Tiongkok dan Gerakan Pembebasan Nasional di berbagai Negeri. Krisis umum imperialisme telah memuluskan jalan bagi pembebasan nasional demokratis dan pembebasan sosial di dunia. Tugas selanjutnya, bagaimana gerakan massa itu sendiri semakin membajakan dirinya untuk melancarkan perjuangan yang lebih hebat melawan dominasi imperialis AS dan rejim bonekanya di berbagai negeri.

Pesan May Day dan Hardiknas : Bersatu dan Berjuang Bersama Klas Buruh dan Kaum Tani
Tidak lama lagi, klas buruh akan memperingati peristiwa penting dalam tonggak perjuangan buruh sedunia, yaitu Hari Buruh Sedunia (May Day) setiap 1 Mei. Hampir seluruh dunia merayakan peristiwa ini, tak terkecuali di Indonesia. Sehari setelah itu, seluruh rakyat juga akan memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Sudah menjadi tradisi dalam pergerakkan di Indonesia, May Day dan Hardiknas selalu diperingati dengan gelombang aksi-aksi massa guna menyuarakan aspirasi dan tuntutan rakyat atas persoalan klas buruh, pendidikan dan rakyat secara umum. Dengan demikian, kedua peristiwa ini patut menjadi perhatian kita (pemuda-mahasiswa).
May Day adalah momentum penting dalam sejarah perjuangan Klas Buruh. Di mana perjuangan heroik klas buruh di Amerika Serikat (AS) ketika itu walaupun dihabisi dengan segala kekerasan dari aparatus bersenjata klas borjuasi telah menjadi inspirasi tersendiri bagi perjuangan klas buruh di dunia. Dengan perjuangan di May Day lah klas buruh berhasil memperjuangkan 8 jam kerja per hari. Untuk itulah, Kongres Buruh Internasional tahun 1889 menjadikan 1 Mei sebagai Hari Buruh Sedunia yang diperingati sejak 1890.
Kekuatan klas buruh sebagai kekuatan yang memimpin telah terbukti dengan lahirnya Revolusi Besar Oktober 1917 di Rusia dan Revolusi Demokrasi Rakyat 1949 di Tiongkok. Di sinilah kita sepenuhnya menyadari peranan besar klas buruh dalam sejarah masyarakat. Klas buruh telah memberi sumbangsih besar bagi perkembangan masyarakat. Klas Buruh lah yang paling berjasa atas produksi barang dagangan dan jasa yang saat ini banyak dinikmati oleh masyarakat, meskipun mereka harus dieksploitasi tenaga kerjanya dan di satu sisi hanya menguntungkan para kaum kapitalis. Klas buruh adalah klas dengan disiplin tinggi yang bekerja secara modern melalui sistem kerja yang saling terkait satu dengan lainnya. Sehingga itulah dia dikatakan sebagai klas yang paling maju. Pengalaman-pengalaman klas buruh dalam perjuangan merubah keadaan masyarakat juga membuktikan bahwa klas buruh adalah kekuatan pemimpin perubahan. Klas buruh juga memiliki peran besar dalam perubahan di Indonesia. Klas buruh lah yang pertama kali mendirikan organisasi modern di tahun 1905 yaitu organisasi buruh kereta api Staats Spoorwegen (SS) Bond dan dilanjutkan dengan pendirian VSTP (Vereniging van Spoor–en Tram Personeel) pada tahun 1908. Bahkan pada tahun 1919, klas buruh Indonesia telah mampu mendirikan vaksentral buruh bernama Persatuan Pergerakan Kaum Buruh (PPKB). Di mana kaum pemuda baru mampu melakukan itu semua pada tahun 1928 melalui peristiwa Sumpah Pemuda. Kebangkitan Klas Buruh di Indonesia di masa kolonialisme juga telah mendorong kalangan intelektual mendirikan organisasi modern seperti Boedi Oetomo, PNI, PI dan sebagainya. Klas buruh Indonesia yang disokong kaum tani juga menjadi kekuatan rakyat Indonesia yang pertama kali melakukan pemberontakan bersenjata melawan kaum Kolonial Belanda menuntut kemerdekaan Indonesia dari kolonialisme pada tahun 1926-1927.
Di masa Revolusi Agustus ’45, klas buruh dan kaum tani memiliki peran besar dalam merebut sekaligus mempertahankan kemerdekaan. Klas buruh dan kaum tani berada di barisan paling depan untuk proses nasionalisasi aset-aset asing dan pendudukan perkebunan-perkebunan besar milik kaum kolonial. Bersama gerakan pemuda, klas buruh dan kaum tani bersatu padu mengangkat bedil dan bambu runcing berperang melawan kaum sekutu Belanda dan Inggris. Sayangnya, pengorbanan mulia tanpa pamrih tersebut harus berujung dengan pengkhiatan klas borjuasi komprador Hatta-Sjahrir dengan lahirnya Konfrensi Meja Bundar (KMB) tahun 1949.
Setelah Soekarno dijatuhkan Soeharto melalui peristiwa G 30 S, klas buruh, kaum tani dan seluruh kekuatan rakyat progresif di Indonesia dihabisi kekejaman fasis rejim boneka imperialis Soeharto. Di masa orde baru, Soeharto menerapkan kebijakan ekonomi pro imperialis yang hanya bersandar pada pembukaan eksport kapital asing ke dalam negeri untuk menguasai bahan baku dan pasar, tidak membangun sebuah industri nasional yang kuat. Klas buruh, kaum tani dan rakyat Indonesia secara umum sesungguhnya hidup dalam penderitaan di bawah tindasan fasis rejim Soharto. Serikat buruh yang menjadi alat perjuangan klas buruh dipelintir menjadi penghamba penguasa dan pengusaha bernama Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI).

Di masa pemberangusan aktifi tas politik oleh rejim Seoharto, klas buruh tetap menunjukkan perlawanannya. Di awal tahun 90an gerakan buruh PT. Gadjah Tunggal di Tangerang memulai perjuangan dan kemudian perjuangan klas buruh terus membesar seiring dengan makin masifnya forum-forum buruh yang menjadi sekolah gerakan bagi perjuangan klas buruh di masa orde baru. Kematian Marsinah 1995 ternyata tidak menyurutkan perjuangan klas buruh di Indonesia hingga akhirnya badai krisis ekonomi di tahun 1997 berujung dengan krisis politik yang menghantarkan Soeharto lengser dari tahtanya. Seiring dengan itu, kaum tani di awal reformasi juga tampil menunjukkan taring perlawanannya terhadap pemerintah dan tuantuan tanah. Aksi-aksi pendudukan lahan (reclaiming) meluas di berbagai pelosok desa. Klas buruh mendapatkan kembali sekutu utama perjuangannya yang dihabisi sepanjang kekuasaan orde baru. Kebangkitan klas buruh di masa orde baru juga turut menginspirasi kaum pemuda dan mahasiswa semakin berani melawan kekuasaan tirani orde baru yang kemudian bermuara pada lahirnya reformasi 1998.
Klas buruh telah menunjukkan peran mereka sebagai klas paling maju dan memimpin dalam melakukan perubahan. Klas buruh dan kaum tani saat ini menjadi kekuatan paling konsisten berjuang melawan dominasi imperialisme dan kekuasaan rejim boneka di dalam negeri. Disinilah dukungan sepenuhnya harus diberikan pemuda mahasiswa bagi bersatunya kekuatan pokok perubahan klas buruh dan kaum tani. Gerakan pemuda dan mahasiswa harus menjalin sebuah pertalian erat dengan gerakan klas buruh dan kaum tani. Mulai mendatangi kantong-kantong buruh dan pemukiman kumuh di sekitarnya, menyelami kehidupan mereka dan berupaya sekuat tenaga bersama mereka mengorganisasikan diri membangun serikat buruh sejati dan melahirkan aktifi s-aktifi s massa maju dari kalangan klas buruh, di sela-sela menjalankan tugas pokoknya seharihari bekerja di kampus dan massa mahasiswa. Hal yang sama juga kita lakukan ke kalangan kaum tani di pedesaan.
Gerakan pemuda mahasiswa harus mengikis habis sosok menara gading yang selama ini melekat di pundaknya, sebagaimana stempel itu melekat pada kampus-kampus congkak yang anti rakyat. Sehingga gerakan mahasiswa ke depannya mampu melahirkan aktifi s-aktifi s massa yang benar-benar menceburkan dirinya bekerja di kalangan rakyat klas buruh dan kaum tani. Beberapa pelajaran di masa lalu menunjukkan bahwa itu mampu dilakukan. Kenapa? Karena gerakan pemuda dan mahasiswa adalah pendukung utama bagi perjuangan klas buruh dan kaum tani.
Hal lain yang harus diakukan adalah mendobrak gerbonggerbong kepalsuan akademik di kampus yang menjunjung tinggi dalil-dalil ilmiah penopang kepentingan kaum imperialis dan klas penguasa dalam negeri. Di mana banyak kalangan intelektual atau akademisi di kampus yang dimotori sebagian besar guru besar dan dosen-dosen kolot yang mengabdikan diri, ilmu dan pengetahuannya bagi menyokong kuatnya dominasi imperialisme dan klas-klas penguasa di dalam negeri. Mereka berupaya sekuat tenaga menutup diri dari aspirasi perjuangan rakyat Indonesia. Mereka dengan gagah bersanding dibalik otak piciknya mendesak pengesahan revisi UUK pada tahun 2006, berkedok lembagalembaga kajian dan penelitian di kampus, dan kencang berbicara di depan kelas sembari menatap mahasiswa yang dianggapnya goblok dan mulutnya berceloteh ngawur penuh racun “bahwa kita butuh investasi untuk pertumbuhan ekonomi dalam negeri”, “ayo kamu mahasiswa bangunlah perumahanperumahan elit” dan “belailah klienmu walaupun dia pejabat korup, karena itu etika profesi”.
Orang-orang seperti mereka telah mencoreng ilmu pengetahuan yang seharusnya ditujukan untuk kamajuan rakyat (science for the people). Di balik jubah kebesaran dan gelargelar akademik yang disanjungnya, mereka menjadi corong propagandis kaum imperialis dan rejim boneka yang menyesatkan otak mahasiswa dan rakyat. Mimbar-mimbar akademik mereka harus kita rebut kembali menjadikan mimbar akademik yang berbicara tentang pentingnya kenaikan upah buruh, hak kaum tani atas tanah, hak pendidikan kita yang semakin dirampas dan segala persoalan akibat dari krisis ekonomi yang semakin tajam ini. Kampus harus kita jadikan kembali sebagai “Benteng Pertahanan Rakyat.”
May Day dan Hardiknas 2008 harus menjadi perhatian penting bagi pemuda-mahasiswa, yaitu
merapatkan diri kita dengan klas buruh dan kaum tani. Hanya persatuan klas buruh dan kaum tani, akan mampu memperhebat perjuangan massa di Indonesia secara luas melawan kekuasaan rejim boneka imperialis AS SBY-Kalla sebagai biang pokok dari krisis ekonomi dalam negeri yang telah banyak menghancurkan penghidupan massa rakyat Indonesia secara menyeluruh, termasuk yang dialami kaum pemuda-mahasiswa. Tanpa klas buruh dan kaum tani, pemuda-mahasiswa akan sulit mewujudkan perjuangannya untuk mewujudkan sistem pendidikan nasional yang ilmiah, demokratis dan mengabdi pada rakyat. Dengan demkikian, pemuda-mahasiswa harus mengupayakan adanya persatuan klas buruh dan kaum tani dalam perayaan May Day 2008 serta menarik dukungan merekadalam peringatan Hardiknas 2008. Caranya dengan menjadikan kampus sebagai panggung rakyat yang diwarnai pendiskusian dan rangkaian kegiatan propaganda tentang persoalan buruh dan kaum tani termasuk soal-soal pendidikan dan mahasiswa. Selanjutnya, berintegrasi dalam kerja-kerja propaganda dan mobilisasi di kantong-kantong buruh dan pedesaan. Intinya, Momentum ini harus menjadi ajang persekutuan klas buruh dan kaum tani dengan dukungan luas dari berbagai klas dan sektor untuk terus memperhebat perjuangan rakyat Indonesia melawan rejim anti rakyat SBY-Kalla! Mari Bersatu dan Berjuang Bersama Klas Buruh dan Kaum Tani. Songsong dan Sukseskan Peringatan May Day dan Hardiknas 2008! #

Selasa, 08 April 2008

Gunung Slamet

cerita aku mendaki gunung slamet lewat jalur baturaden yaitu tahun 2005 karna mengikuti acara raden pala dalam acara grebeg suro aku merasa memiliki gunung itu karna wilayah gunung slamet dekat dengan kota kelahiranku yaitu kota purwokerto dan aku ingin melestarikan gunung slamet sebisaku karna sangat sayang klo gunung slamet yang begitu indah dan asri rusak,dan ahirnya berdampak luas terutama kotaku.padahal g.slamet,gunung yang terbesar sejawa.hal seperti itu sangat membahayakan bagi pulou terbanyak penduduknya di indonesia.dan kalou aku mendaki gunung itu aku merasa ada hal yang misterius digunung itu,tapi aku tidak takut dengan situasi gunung itu yang misterius dan sepi karna ada kedekatan antara aku dan dia.setelah aku mendaki gunung itu ahirnya aku ketagihan dan berlanjutan sampai sekarang tanggal8-04-2008 aku udah yang ke-37

Konservasi Alam


Konservasi Alam adalah suatu manajemen terhadap alam dan lingkungan secara bijaksana untuk melindungi tanaman dan binatang. Beberapa spesies binatang dan tumbuhan telah punah secara alamiah (misalnya dinosaurus). Namun dewasa ini kegiatan manusia dan pertumbuhan jumlah penduduk menyebabkan peningkatkan bahaya kerusakan alam, sehingga beberapa spesies jumlahnya berkurang secara drastis bahkan spesies tertentu telah punah sekarang. Untuk itulah Konservasi Alam sangat penting bagi manusia.
Sepanjang sejarah alam telah menderita disebabkan oleh manusia dan kegiatannya. Dengan semakin meningkatnya penggunaan senjata yang semakin efisien seperti panah, senapan, pistol para pemburu dapat membunuh beberapa spesies binatang liar dengan sangat mudah. Manusia membuka hutan, mengeringkan rawa, membendung sungai untuk kegiatan perkebunan, pertanian, dan industri. Kegiatan-kegiatan ini secara serius telah merusak habitat tumbuhan dan binatang liar secara luas. Manusia juga telah menggangu proses alamiah habitat spesies yang tersisa. Beberapa habitat tertentu menjadi lebih sempit dan tidak bisa berhubungan dengan ekosistem yang lain. Polusi juga sangat berpengaruh terhadap kehidupan berbagai spesies tumbuhan dan binatang liar.Berbagai macam spesies tumbuhan dan binatang telah punah jauh sebelum manusia muncul di muka bumi. Namun spesies-spesies lainnya muncul menggantikan berbagai spesies yang punah dan keanekaragaman kehidupan tidak berkurang. Dewasa ini kegiatan manusia telah membinasakan berbagai spesies mahkluk hidup tanpa ada harapan untuk menggantikannya, sehingga keanekaragaman kehidupan menjadi berkurang. Beberapa ratus spesies binatang dan ribuan spesies tanaman liar menghadapi bahaya kepunahan, seperti harimau, orang utan, badak, gorilla, paus biru, singa asia, dll.PENTINGNYA KONSERVASI ALAMJika manusia tidak melakukan konservasi alam maka berbagai spesies tumbuhan dan binatang liar yang terancam punah akan segera menjadi punah. Spesies-spesies lainyapun menjadi terancam kepunahan. Jika hal ini terjadi maka manusia akan mengalami kerugian yang sangat luar biasa karena kepunahan tersebut tidak dapat dimunculkan lagi. Kehidupan alam bebas sangat penting bagi manusia karena memiliki beberapa faktor manfaat diantaranya:1. Faktor keindahan 2. Manfaat ekonomi 3. Manfaat ilmiah 4. Manfaat bagi kelangsungan hidupFaktor KeindahanSetiap jenis tumbuhan dan binatang adalah berbeda satu sama lainnya dan hal ini memberikan keindahan bagi alam dengan cara yang berbeda-beda. Sebagian besar manusia merasakan bahwa keindahan alam ini dapat memperkaya kehidupan mereka. Hal ini juga dapat menambah kenikmatan alam bagi orang yang melakukan camping, hiking, dan rekreasi alam lainnya. Seorang pendaki gunung akan merasa lebih senang bila melintasi kawasan gunung yang berhutan dan dihuni oleh binatang-binatang liar seperti gn. Gede, gn. Argopuro dan gn. Slamet dibandingkan gunung yang gundul tak berhutan seperti gn.Sumbing, gn.Sundoro, dan gn.Merbabu.Manfaat EkonomiBerbagai spesies tumbuhan dan binatang liar menyediakan produk-produk yang sangat bernilai, seperti kayu, rotan, dan hasil-hasil tanaman lainnya, serat, daging, makanan, kulit dan bulu binatang. Manfaat ekonomi dari kehidupan alam liar memiliki nilai yang sangat penting bagi beberapa negara. Bagi masyarakat di negara-negara industri rekreasi melihat binatang di kebun binatang atau ke alam bebas bisa juga menjadi sumber pendapatan.Manfaat ilmuMempelajari kehidupan tumbuhan dan satwa liar memberikan kepada kita suatu pengetahuan yang sangat berharga tentang variasi proses kehidupan. Beberapa penelitian tertentu dapat membantu para ilmuwan untuk memahami bagai mana fungsi tubuh manusia dan mengapa manusia bertingkah laku seperti itu. Para ilmuwan juga dapat meningkatkan pengetahuan pengobatan dan menemukan obat-obat baru dengan mempelajari kehidupan alam bebas. Dengan mengamati pengaruh-pengaruh polusi lingkungan terhadap kehidupan liar, para ilmuwan menjadi tahu bagaimana pengaruh polusi bagi manusia.Manfaat kehidupanSetiap spesies memiliki peran dalam membantu menjaga keseimbangan sistem kehidupan di bumi. Sistem-sistem ini harus berfungsi terus menerus jika kehidupan ingin tetap berlangsung. Sehingga hilangnya beberapa spesies dapat mengancam semua kehidupan, termasuk kehidupan manusia. Lebih dari 40 jenis pohon di hutan penyebaran bijinya sangat tergantung pada orangutan. Ular membantu mengendalikan populasi tikus. Burung madu, kupu-kupu dan kumbang membantu penyerbukan bunga.Pembagian Kerawanan satwa dan tumbuhan liar.Tumbuhan dan hewan yang menghadapi kepunahan dikelompokkan menjadi tiga macam:1.Terancam Punah 2.Rawan Punah 3.Beresiko rendah Spesies yang terancam menghadapi ancaman kepunahan yang sangat serius. Mereka membutuhkan perlindungan secara langsung dari manusia untuk dapat tetap bertahan hidup. Seperti orangutan, harimau, gajah, badak karena habitatnya semakin menyempit perlu dilindungi.Spesies yang rawan biasanya berlimpah di beberapa area tetapi mereka menghadapi bahaya yang serius. Bahaya ini bisa disebabkan oleh perubahan lingkungan yang tidak ramah atau perburuhan yang terus menerus. Seperti rusa dan babi hutan jumlahnya cukup banyak di beberapa wilayah namun bila diburu terus menerus dapat terancam punah.Spesies beresiko rendah dikenal juga dengan sebutan spesies yang jarang, biasanya hidup di wilayah yang dilindungi namun jumlahnya tidak berkurang. Misalnya pohon cemara gunung atau edelweis yang hanya tumbuh di puncak-puncak gunung.Metode Konservasi AlamMetode yang digunakan untuk melindungi Alam tergantung pada sumber-sumber ancaman terhadap spesies-spesies tersebut. Hal yang paling umum biasanya dengan menjamin tersedianya makanan, air, dan tempat tinggal yang memadai. Metode ini disebut manajemen habitat, mencakup juga konservasi tanah, pengelolaan hutan dan air yang baik.Beberapa spesies terancam karena manusia telah merusak habitatnya. Sebagai contoh manusia telah mengeringkan rawa-rawa dan merubahnya menjadi pemukiman atau keperluan lainnya. Habitat rawa yang tersisa menjadi berkurang karena faktor-faktor kegiatan manusia, diantaranya mengalihkan aliran air yang seharusnya menuju rawa, penurunan tinggi air rawa, endapan lumpur, racun bahan kimia dan terisolasinya rawa yang satu dengan rawa yang lain. Perladangan yang buruk juga merusak tanah, atau pelebaran kota dan industri dapat meratakan habitat berbagai spesies. Polusi dapat meracuni udara, air, tanaman dan binatang. Untuk menyelamatkan habitat satwa dan tumbuhan manusia harus mengontrol polusi dan mengatur wilayah yang digunakan bagi kehidupan satwa dan tumbuhan untuk tetap hidup.Binatang yang terancam karena adanya perburuan yang terlalu sering dapat dilindungi dengan undang-undang yang melarang atau mengatur penangkapannya. Hukum ini juga dapat digunakan untuk mengatur seberapa banyak spesies tertentu yang dapat diburu atau dibunuh. Hukum juga dapat melindungi tanaman-tanaman dari para pengumpul. Jika suatu habitat tertentu membutuhkan perlindungan maka wilayah tersebut dapat dijadikan taman nasional atau cagar alam. Dalam beberapa kasus binatang predator yang membunuh binatang yang terancam punah harus dikontrol sampai jumlahnya binatang yang terancam punah bertambah banyak.Dilain pihak suatu spesies bisa berkembang menjadi sangat banyak. Jika hal ini terjadi maka dapat mengancam kehidupan spesies itu sendiri atau spesies lainnya dengan memakan terlalu banyak persediaan makanan. Masalah ini bisa terjadi dengan rusa dan kuda nil di taman nasional. Untuk itu jumlahnya harus dikurangi dengan dibunuh atau dengan mengembalikan musuh alaminya yang membuat mereka menjadi jarang.Jika suatu spesies tidak dapat bertahan lama di lingkungan alaminya, maka binatang tersebut dapat dibesarkan di dalam penangkaran dan kemudian dilepaskan di hutan yang dilindungi. Begitu juga dengan satwa yang sukar berkembang biak dapat dikawinkan di dalam penangkaran.Suatu spesies yang terancam oleh penyakit dapat dibantu dengan mengatur kebersihan habitatnya. Tumbuhan langka dapat dirawat di kebun tanaman atau biji-bijinya dapat disimpan untuk ditanam di masa yang akan datang.Kunci keberhasilan dari konservasi alam tergantung pada pengetahuan akan ekologi dari suatu spesies dan kekuatan yang bekerja pada habitatnya. Dengan kata lain diperlukan suatu pemahaman tentang cara hidup suatu spesies dan hubungannya dengan segala hal yang ada di dalam

Senin, 07 April 2008

Menguak tragedi WTC, Pentagon, dan Kantor DEPLU AS


CERITA sang SUPER-POWER
Being an extra [figurant] in virtual reality is no longer being an actor or a spectator. It is to be out of the scene [hors-scene], to be obscene.
Jean Baudrilliard, DisneyWorld Company, 1996


Amerika memang menjadi negara yang seolah menguasai semua. Tulisan ini mungkin hanya sedikit analisis di balik cerita yang beredar akhir-akhir ini: pesawat yang dibajak dengan menggunakan pisau menabrakkan dirinya pada gedung World Trade Center (WTC) dan gedung DepHanKam USA Pentagon, serta bom yang meledak di DepLu USA.
Terorisme dan Amerika (?)
Sebelumnya ada baiknya kita tinjau track record kebijakan politik di negeri Paman Sam ini. Dari segi pertahanan keamanan, Pentagon memiliki citacita ingin mewujudkan busur Turki-Tokyo mengingat Rusia bukanlah musuh yang signfikan lagi baginya - sebagai basis pertahanan yang tentunya akan memudahkan jalannya arus perdagangan dan penetrasi pasar AS terhadap Asia dan Afrika. Di sisi lain, semenjak hancurnya negara komunis, praktis AS tidak memiliki lagi lawan tanding ideologis yang sepadan. Tentu saja ini berpengaruh terhadap semangat nasionalisme Amerika Serikat dan lebih jauh dapat memberikan pengaruh terhadap perekonomiannya serta pengakaran pemerintahan kepada rakyat Amerika. Hal yang tentu saja mengganggu kebijakan luar negeri AS adalah islam yang dalam paradigma AS seringkali diidentikkan dengan praktik terorisme. Berbagai kasus pembajakan pesawat, pengeboman basement WTC (1993) dan sebagainya yang dilakukan oleh berbagai pihak (teroris) yang identik dengan negara berideologi Islam. Pengeboman Irak beberapa waktu yang lalu hanya beberapa hari setelah pelantikan Presiden George W. Bush tentu memberikan kesan akan kebencian besar pemerintahan ini terhadap Negara tersebut, termasuk pengangkatan elite militer yang terlibat dalam Perang Teluk (Gulf War) pada tahun 1990 semasa pemerintahan George Bush (Sr.). Partai Republik memang memiliki “cerita bersenjata” terhadap hubungan AS dengan Timur Tengah – berbeda dengan Partai Demokrat yang lebih cenderung menggunakan teknik intelijen (CIA) dalam intervensinya dengan negeri luar AS.
Dalam kasus jatuhnya pesawat ini, ada beberapa kecurigaan yang dapat saja dialamatkan terhadap pemerintahan AS. Kehancuran gedung WTC, rusaknya sebagian gedung Pentagon, dan ledakan di DepLu AS sama sekali tidak membunuh tokoh-tokoh penting AS dalam hal kebijakan ekonomi maupun militer. Momen waktu yang dipilih adalah sewaktu Presiden AS, MenLu, dan MenHanKam AS sedang tidak berada di tempat. Kecanggihan teknologi Pentagon yang konon juga mengatasi kemungkinan gangguan keamanan (national security) dari angkasa luar itupun sangat tidak masuk akal jika sampai kebobolan pesawat penumpang biasa yang tak memiliki teknologi anti-radar untuk jatuh di Pentagon. Lebih dalam lagi, pesawat yang dibajak tersebut bukanlah pesawat jet dengan kecepatan tinggi. Arah terbang pesawat dan laporan kepada FBI (sebelum insiden) bahwa pesawat telah dibajak seharusnya dapat mengantisipasi tragedi ini mengingat kemajuan teknologi informatika yang dimiliki oleh struktur kekuasaaan AS tersebut. Kondisi bahwa pembajak hanya menggunakan pisau (bukan senjata api) pun pada dasarnya memberikan pertanyaan lain. Pers yang ada pada akhirnya memberikan opini bahwa vektor dalang kejahatan terorisme ini adalah Osama bin Laden, tokoh kontroversial yang konon merupakan dalang rencana penyerangan terhadap kantor PBB di New York tahun 1995 yang lalu. Banyak kemungkinan skenario memang yang ada di negeri Uncle Sam ini. Namun hal yang menjadi tanda Tanya besar adalah bahwa kasus konflik AS dengan “negeri teroris” ini pada dasarnya lebih cenderung kasus politik dan militer, berbeda dengan berbagai aksi anti globalisasi yang memang lebih mengarah kepada isu ekonomi dan pemerataan strata ekonomi masyarakat dunia; namun yang dihancurkan adalah pusat ekonomi AS, WTC, yang sebenarnya mengaburkan bahwa kasus ini adalah aksi terorisme yang memiliki pusat kontrol di Timur Tengah. Dalam hal ini tentu lebih masuk akal jika yang ditabrak adalah gedung PBB atau Gedung Putih sebagai pimary target.
Amerika dan Kita
Mungkin tak salah jika kita perluas terminologi filsuf Jonathan Bentham, dengan mangatakan bahwa jika dunia saat ini adalah panoptikon, maka kita adalah manusia-manusia robotik yang sedang dianalisis opininya, dan diatur skenario kehidupannya oleh sang dokter sekaligus polisi dunia: Amerika. Tangan-tangannya di sektor militer dan intelijen memang sudah tak bisa diragukan lagi kemampuannya. Mengurusi berbagai pergolakan sosial politik dan ekonomi berbagai negara, intervensi yang mendapat pembenaran di mana-mana, merupakan rahasia umum, bahwa kita memang berada di bawah bayang-bayang AS. Bahkan Megawati Soekarnoputri yang jelasjelas, ayah kandungnya, dikerjain oleh CIA masih merasa perlu sowan kepada pemerintahan AS tersebut dan merasa tak repot untuk memberikan ungkapan belasungkawa sedalam-dalamnya dengan menyebut Presiden AS sebagai “Yang Mulia” segala.
Apakah kita dijajah oleh AS? Tidak gampang menjawab pertanyaan ini, karena memang kita “butuh” AS untuk hidup – atau mungkin lebih tepat jika disebut diskenariokan butuh AS, butuh IMF, dan seterusnya. Kita diskenariokan untuk mati jika AS tidak memberikan “bantuan” kepada kita. Tak bisa dipungkiri bahwa pemimpin negara-negara dunia ketiga memang impoten berhadapan dengan negeri adikuasa ini. Kita berada dalam panoptikon besar bernama dunia dengan drama berjudul
globalisasi, dengan AS sebagai sutradaranya.
Noam Chomsky, dalam bukunya, What Uncle Sam Wants (1993), mengemukakan dengan jelas motifmotif ekonomi pemerintahan AS untuk menguasai system perekonomian dunia. Bagaimana ia menjadikan Islam sebagai musuh dengan mengidentikkannya dengan praktik-praktik terorisme. Sungguh tak adil saat pers yang memang dikuasai oleh negeri Paman Sam ini mengidentikkan Islam sebagai musuh ideologisnya dengan penonjolan praktik-praktik terorisme sementara hubungan dagangnya dengan Saudi Arabia, Turki, bahkan Mesir sangat baik.
Jelas sekali bahwa ini semata bukanlah permasalahan ideologi. Ini adalah masalah kepentingan dan motif ekonomi yang membara di dalam diri sosiologis Amerika Serikat. Jika negara kita mengikuti AS, maka kita akan selamat. Sebaliknya, menentang AS berarti bersiap diri untuk diembargo secara ekonomi, dan distigmakan sebagai teroris yang kejam, pembunuh, dan pelanggar HAM. Berbagai penangkapan di Aceh, kerusuhan yang tak reda di Ambon, dianggap bukan lagi masalah HAM sepanjang pemerintahan RI tidak neko-neko terhadap kebijakan luar negeri AS – dan media/pers mengikuti tren ini, karena memang pers merupakan media propaganda kapitalisme yang menjadi produsen sikap mental dan politik masyarakat luas.
Tak urung kasus WTC. Indikasi yang ada jelas menunjukkan bahwa ada suatu kemungkinan yang sangat besar keterlibatan dinas intelijen dan pemerintahan AS dalam hal ini, karena bukannya mereka tak diuntungkan dengan kasus ini. Katakanlah jika memang AS rugi dengan puluhan ribu korban jiwa dan bangunan fisik yang hancur. Namun keuntungan lain yang didapat dari AS jelas lebih banyak lagi. AS tentu saja akan mendapat legitimasi moral, sebagai polisi dunia, untuk melakukan intervensi terhadap negara-negara yang dianggapnya sebagai sarang terorisme dan tentu saja hingga hari ini menjadi musuh politiknya. Bom, pengiriman massal dinas intelijen, rudal, bahkan mungkin angkatan bersenjata akan mendapat legitimasi moral dari penduduk bumi yang ter representasi dalam PBB untuk membombardir negeri musuh politiknya itu. Lebih jauh lagi, berbagai pihak di dalam negeri AS sendiri yang selama ini lengah oleh karena matinya kompetisi dengan partner lawan ideologinya: Uni Sovyet, akan naik moral nasionalisme Amerikanya dengan menempatkan Islam sebagai lawan ideologis. Bahkan lebih parah lagi, represifitas pemerintahan AS akan menjadi-jadi menekan aksi-aksi anti globalisasi dan neo-liberalisme saat penduduk bumi dihadapkan dengan ratap tangis terhadap puluhan ribu penduduk yang tewas di dalam insiden WTC, pusat perekonomian itu. Apapun akan dilancarkannya demi mendukung hegemoni kapitalismenya di muka bumi. Dan seperti ungkapan Jean Baudrilliard di atas tadi, kita Cuma jadi pemain figuran yang menyampaikan ungkapan belasungkawa dan kalaupun tidak jadi penonton yang terbuai dengan pemberitaan televisi dan surat kabar – lupa dengan penginjak-injakan HAM dan proses demokratisasi yang ada di depan hidung kita sendiri.
Manipulasi, skenario, hegemoni AS
Kebenaran memang seolah akan jadi mainan pemilik kekuasaan. Kekuasaan secara materil memang terletak pada modal, dan modal pada akhir masa yang catastrophe ini terletak pada informasi. Saat opini umum terbentuk, di sanalah terjadi scenario yang menjadi landasan dramaturgi yang disusun untuk hegemoni AS.
Kita memang patut berbelasungkawa dengan korban jatuhnya pesawat dan hancurnya gedung gedung pusat peradaban manusia milenia itu. Namun mengerikan tatkala jutaan umat Islam menjadi korban character assassinations atas cap-cap terorisme yang ditempelkan pada mereka demi kepentingan ekonomi segelintir pihak.
Dan tetap saja, sejarah tetap berjalan, dengan kuasa sebagai landasan kebenaran dan menentukan nasib manusia yang terpenjara oleh cita-cita kebebasan dan kemerdekaan sebagai seutuhnya manusia.

Alamku Cintaku


"Persahabatan terjalin, persaudaraan terengkuh, bersama mengukir cinta kepada Alam"
Panjat TebingHobi Unik Berusia Ribuan Tahun
Dalam sejarah, manusia selalu berusaha berinteraksi dengan alam untuk survive. Begitu juga dengan panjat tebing, yang lahir dari usaha manusia untuk bertahan hidup di alam bebas.
Mungkin kita sudah biasa atau justru ikut melakukan hobi wall climbing yang sekarang populer. Baik dalam bentuk lomba maupun sekadar mengisi waktu kosong, hobi ini memang cukup mengasyikkan. Apalagi kalau di sekolah kita disediakan papan panjat. Tidak heran kalau dari hobi ini sudah banyak teman-teman kita yang menjalani wall climbing bukan lagi sekadar hobi, tetapi sudah dalam tingkat yang lebih lanjut. Apalagi kalau bukan ikut dalam sebuah kejuaraan, malah menjuarainya. Wall climbing tersebut (mungkin sudah banyak yang tahu ya) merupakan modifikasi dari hobi panjat tebing. Dari namanya sudah ketahuan kalau dua hal ini dibedakan dari medianya; yang satu berdasarkan papan buatan, sedangkan yang lain beneran tebing dari sebuah gunung atau bukit.
Nah, panjat tebing tersebut merupakan subbagian dari mountaineering (pendakian gunung), yaitu climbing yang dapat diartikan sebagai pendakian pada tebing-tebing batu atau dinding karang yang membutuhkan peralatan, teknik, dan metode-metode tertentu. Sebagai bagian dari mountaineering atau mendaki gunung, panjat tebing tidak dapat dipisahkan sejarahnya dari perjalanan panjat dan mendaki gunung.
Ribuan tahun
Kegiatan mendaki gunung ini mulai dilakukan manusia sejak berabad-abad yang lalu. Dimulai sejak manusia harus melintasi bukit-bukit atau pegunungan baik untuk melakukan peperangan atau pun ketika melakukan tuntutan hidupnya. Sejarah yang dapat diketahui dari hal ini adalah perjalanan Panglima Kerajaan Carthage, Hanibal, yang dilakukan di pegunungan Alpen di tahun 500 SM. Juga petualangan yang dilakukanJenghis Khan yang melintasi pegunungan Karakoran dan Kaukasus untuk menaklukan Asia Tengah. Atau pendakian Mount Argulle oleh para tentara Perancis pada tahun 1442.Dalam sejarah yang lebih maju, pendakian yang gemilang pertama kalinya dilakukan pada tahun 1786, ketika Dr Paccard berhasil mencapai puncak Mount Blanc (4087 m). Saat itu pendakian dan panjat tebing sudah menjadi hobi atau olahraga.Dalam babak selanjutnya, puncak-puncak Alpen mulai dijajaki para penggemar olahraga alam bebas ini. Dan, memang puncak-puncak pegunungan Alpen hanya bisa dipuncaki dengan mempergunakan teknik-teknik memanjat tebing. Semakin populer ketika Sir Alfred Willis pada tahun 1854 berhasil mencapai puncak Watterhorn (di Swiss, 3708 m). Pendakian ini menjadi batu loncatan terbentuknya perkumpulan pendaki gunung tertua di dunia, British Alpine Club pada tahun 1857.
Sejak babak baru itu para pendaki semakin sering melakukan pendakian menuju puncak-puncak gunung yang lebih tinggi dan mempunyai tingkat tantangan yang lebih tinggi pula. Keberuntungan dan anugerah akhirnya datang pada Edmunt Hillary dan Tenzing Norgay dalam suatu ekspedisi. Ekspedisi yang dipimpin oleh John Hunt pada tahun 1953 tersebut berhasil memuncaki Everest, sebuah puncak yang menjadi impian para pendaki di dunia. Rangkaian-rangkaian ini merupakan titik temu bahwa panjat tebing merupakan bagian dari kegiatan mendaki gunung. Karena kegiatan memanjat tebing merupakan penunjang kegiatan mendaki gunung.
Olahraga berprestasi
Panjat tebing masuk ke Indonesia seiring dengan berkembangnya teknik mendaki. Harry Suliztiarto, seorang mahasiswa Seni Rupa ITB, memperkenalkan panjat tebing pada tahun 1976. Tepatnya ketika memanjat tebing-tebing alam Citatah. Peristiwa ini kemudian menjadi tonggak sejarah berdirinya organisasi kegiatan alam bebas yang mengkhususkan pada kegiatan memanjat, dengan nama Skygers Amateur Rock Climbing Group.
Pada tahun 1980 kegiatan panjat tebing mulai memasuki babak baru, di mana kegiatan ini bukan lagi bersifat petualangan tetapi telah menjadi olahraga prestasi. Perkembangan ini dimulai ketika diadakannya lomba panjat tebing alam di tebing pantai Jimbaran Bali pada tahun 1987.
Nah, di tahun 1988 diperkenalkan deh dinding panjat tebing buatan (wall climbing) yang langsung diperkenalkan oleh empat pemanjat dari Perancis. Sekaligus membentuk wadah sebagai tempat menyalurkan aspirasi dan hobi serta memanajemen kegiatan panjat tebing agar berjalan dengan baik dengan nama Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI). Pada tahun 1990, untuk pertama kalinya diadakan lomba panjat dinding buatan dengan tinggi papan lima belas meter yang menjadi awal sejarah dimulainya lomba panjat tebing buatan di Indonesia sampai saat ini.
Dasar-dasar panjat tebing
Namanya juga hobi panjat tebing, tentu saja tebing merupakan prasarana dalam kegiatan panjat tebing. Pengetahuan dasar tentang tebing yang harus diketahui antara lain: Bentuk tebing, bagian tebing yang dilihat secara keseluruhan mulai dasar sampai puncak. Bagian-bagiannya antara lain blank (bentuk tebing yang mempunyai sudut 90 derajat atau biasa disebut vertikal), overhang (bentuk tebing yang mempunyai sudut kemiringan antara 10-80 derajat), roof (bentuk tebing yang mempunyai sudut 0 atau 180 derajat, terletak menggantung), teras (bentuk tebing yang mempunyai sudut 0 atau 180 derajat, terletak menjorok ke dalam tebing), dan top (bagian tebing paling atas yang merupakan tujuan akhir suatu pemanjatan).
Lalu ada soal permukaan tebing yang merupakan bagian dari tebing yang nantinya akan digunakan untuk berpegang dan berpijak dalam suatu pemanjatan. Bagian ini di kategorikan menjadi tiga bagian: face (permukaan tebing yang mempunyai tonjolan), slap/friction (permukaan tebing yang tidak mempunyai tonjolan atau celah, rata, dan mulus tidak ada cacat batuan), dan fissure (permukaan tebing yang tidak mempunyai celah/crack).
Dengan mengenali pengenalan dasar atas medan yang hendak ditempuh, para pemanjat akan langsung bisa mempersiapkan teknik penaklukannya dan mengurangi tingkat kesulitannya. Untuk memudahkan estimasi tingkat kesulitan tersebut, biasanya digunakan sistem desimal yang dimulai dari angka lima (mengacu pada standar tingkat kesulitan yang dibuat oleh Amerika).
Tingkat kesulitan 5,7-5,8 adalah tingkat kesulitan pemanjatan yang amat mudah. Lintasan pemanjatan untuk pegangan dan pijakan sangat banyak, besar, dan mudah didapat. Sudut kemiringan tebing belum mencapai 90 derajat.
Tingkat kesulitan 5,9. Tingkat kesulitan pemanjatan yang mulai agak sulit karena jarak antara pegangan dan pijakan mulai berjauhan tetapi masih banyak dan besar.
Tingkat kesulitan 5,10. Pada tingkat ini pemanjatan mulai sulit karena komposisi pegangan dan pijakan sudah bervariasi besar dan kecil. Jarak antar celah dan tonjolan mulai berjauhan. Terdapat dua tumpuan tangan dan satu tumpuan kaki, faktor keseimbangan mulai dibutuhkan.
Tingkat kesulitan 5,11. Tingkat kesulitan ini lebih sulit lagi karena letak antara pegangan yang satu dengan pegangan yang lainnya berjauhan dan kecil-kecil yang hanya bisa dipegang oleh beberapa jari saja, kedua tungkai melakukan gerakan melebar agar kaki dapat bertumpu pada tumpuan berikutnya. Keseimbangan tubuh sangat berpengaruh, bentuk tebing yang dilalui pada lintasan ini terdapat variasi antara tebing gantung dan atap.
Tingkat kesulitan 5,13-5,14. Jalur lintasan ini bervariasi antara tebing gantung dan atap dengan satu tumpuan kaki dan satu tumpuan tangan. Pemanjat mulai melakukan gerakan gesek (friction) dan bertumpu pada ujung jari (edginh) bahkan harus mengaitkan tumit pada pijakan (hooking).
Selain kriteria kesulitan ini, Negara lain juga membuat tingkat kesulitan sesuai dengan penilaian masing-masing, antara lain Jerman, Perancis, UIAA (Union Internationale des Association Alpines).
Etika panjat tebing
Seperti hobi atau olahraga lain, panjat tebing juga mempunyai etika atau aturan yang disepakati oleh para pelaku hobi ini. Ruang lingkup etika dalam panjat tebing terdiri dari empat hal.
Pertama, masalah teknik pembuatan jalur. Secara umum terdapat dua cara dalam pembuatan jalur, yaitu aliran tradisional dan aliran modern. Pembuatan jalur secara tradisional prinsipnya adalah membuat jalur sambil memanjat. Teknik ini cenderung bernilai petualangan karena lintasan yang dilewati sama sekali baru, tanpa pengalaman, tanpa dicoba terlebih dahulu. Sementara itu, pembuatan jalur secara modernterdiri dari dua cara. Pertama dengan menggunakan teknik tali tetap (fix rope technique). Pada teknik ini, pembuatan jalur dapat dilakukan dengan cara rappeling bolting atau ascending bolting. Terlebih dahulu pada fix rope yang telah terpasang, sedangkan cara kedua mirip dengan cara pertama, tetapi tidak dengan tali tetapi melainkan dengan menggunakan top rope.
Lalu ada tentang masalah penanaman jalur. Siapa yang berhak memberi nama pada suatu jalur tidak ada kesepakatan jelas yang mengaturnya. Di Indonesia nama jalur merupakan suatu kesepakatan dari seorang atau sekelompok pembuat jalur.
Masalah keaslian jalur juga masuk dalam poin etika panjat tebing. Masalah keaslian jalur ini biasanya dikaitkan dengan banyaknya jumlah pengaman tetap yang ada pada jalur tersebut. Misalkan satu jalur setinggi lima belas meter dapat dipanjat hanya dengan menggunakan tiga pengaman tetap, maka selanjutnya pemanjat yang kemudian memanjat harus tetap menggunakan tiga pengaman yang pertama, tanpa ditambah atau pun dikurangi, siapapun dia, karena ini secara harfiah telah menjadi jalur resmi dan menjadi paten untuk jalur tersebut.
Dan, yang terakhir soal pengubahan bentuk permukaan tebing. Untuk masalah yang satu ini, hampir semua pemanjat sepakat bahwa hal ini haram hukumnya untuk dilakukan meski untuk menambah kesulitan atau membuat jalur tersebut menjadi mudah. Tetapi, sebagian kecil kawasan pemanjatan menerima perubahan ini, namun hanya pada permukaan tebing yang tanpa cacat sama sekali agar kesinambungan jalur sebelumnya dan sesudah tetap terjaga.
Dengan mengetahui segi-segi dasar (baik soal teknik atau peraturan/etika), diharapkan seseorang mulai bisa mengenali hobi yang sekarang juga jadi cabang olahraga ini. Tentu saja juga diharapkan bisa menjadi salah satu aktivitas populer di kalangan anak muda.

RUU BHP : Upaya Negara Untuk Memprivatisasikan

Rancangan Undang - Undang Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP) akan segera di sahkan. Seperti biasanya, terjadi kontradiksi (pro dan kontra) di kalangan rakyat atas setiap peraturan yang dikeluarkan oleh negara. Dalam hal ini penulis menempatkan diri dalam posisi yang kontra atau tidak sepakat dengan rencana pemberlakuan RUU BHP. Mengapa ? Berikut ini adalah penjelasannya.
Latar belakang munculnya RUU BHP
RUU BHP ini sebenarnya adalah tindak lanjut dari mandat yang dicantumkan dalam UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), agar seluruh lembaga pendidikan berstatus badan hukum, yang akan diatur dalam undang-undang. Dengan alasan otonomi, akuntabilitas dan efisiensi, negara kemudian melepaskan tanggungjawabnya dalam hal mencerdaskan kehidupan bangsa. Jelas, RUU BHP ini sangat bertentangan dengan pembukaan UUD 1945, yang menyatakan dengan tegas bahwa tugas negara adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan tidak lagi ditanggungjawabi oleh pemerintah, tetapi diserahkan kepada rakyat. Pemerintah bersama dengan masyarakat dan industri kemudian membentuk satu institusi pendidikan yang Berbadan Hukum. Berbadan hukum artinya bahwa seluruh aktivitas dan peraturan diatur sesuai dengan peraturan (Undang-undang) yang berlaku.
Selain itu, dalam perundingan WTO di sektor Jasa (atau disebut GATS-General Agreement Trade Service) yang disetujui oleh pemerintah di tahun 2005 lalu, pendidikan dimasukkan ke dalam salah satu sektor industri (bisnis) jasa. Di bawah tekanan asing, pemerintah harus merativikasi kesepakatan GATS tersebut dalam bentuk peraturan perundang-undangan, yang salah satunya, adalah RUU BHP ini yang melengkapi produk perundangan sebelumnya. Dampaknya kemudian, pemerintah di tuntut untuk tidak campur tangan dalam industri jasa ini. Sebagai gantinya, penyelenggaraan pendidikan diserahkan kepada mekanisme pasar, artinya siapa yang memiliki kemampuan finansial adalah yang berhak untuk menyelenggarakan pendidikan. Hal ini terjadi, karena subsidi anggaran untuk pendidikan, terutama untuk pendidikan tinggi telah dicabut. Dampak yang paling dirasakan merugikan rakyat, yaitu semakin mahalnya biaya pendidikan.
Dampak dari dilaksanakannya RUU BHP
RUU ini mengatur tentang pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan, dari tingkat dasar, menengah, hingga tinggi. Untuk pendidikan dasar dan menengah bernama BHPDM-Badan Hukum Pendidikan Dasar Menengah, untuk Pendidikan Tinggi bernama BHPT-Badan Hukum Pendidikan Tinggi. Semua institusi pendidikan tinggi baik itu swasta maupun yang dulunya negeri nantinya harus berstatus badan hukum. Semua institusi pendidikan harus menyusun proposal (yang berisi ad/art, visi-misi, kelayakan dari finansial, fasilitas dan ketersediaan tenaga pendidik, dsb) kepada pemerintah. Apabila pemerintah menyatakan layak, maka institusi pendidikan tersebut dapat menyelenggarakan proses pendidikan.
Dampak yang paling terasa adalah pada institusi pendidikan negeri. Dengan status BHPMN (Badan Hukum Pendidikan Milik Negara), maka kepemilikan dan tanggungjawab tidak lagi dimiliki oleh pemerintah. Pemerintah sekedar menjadi pendiri bersama dengan masyarakat dan industri. Pembiayaan pun tidak lagi berasal dari anggaran negara (APBN atau APBD), tetapi BHPMN dituntut untuk mencari dana secara mandiri untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Ada mekanisme bantuan pemerintah dalam bentuk hibah, tetapi itu tidak ditetapkan berapa minimal yang harus di berikan negara. Selain itu juga ada yang namanya pendanaan subsidi silang, dimana siswa/mahasiswa yang kaya dibebankan untuk membiayai siswa/mahasiswa yang miskin. Pertanyaannya, berapa persen jumlah rakyat miskin yang bisa bersekolah atau berkuliah? Lalu bagaimana dengan rakyat yang tidak mampu bersekolah, siapa yang membiayai dia? Jawabannya jelas, yaitu negara. Tetapi, dengan konsep pemerintah hanya sekedar pendiri dan fasilitator dalam pendidikan, maka sangat terlihat pemerintah mencoba lari dari tanggungjawabnya.
Akibat tidak bertanggungjawabnya pemerintah dalam penyelenggaraan, maka institusi pendidikan harus memutar otak untuk pembiayaan. Maka, terjadilah yang namanya komersialisasi pendidikan itu. Banyak jual beli kursi dengan cover D1 dan D3, kelas jauh, kelas khusus, kelas kerjasama, kelas paralel, dsb dengan harga yang gila-gilaan. Tujuannya untuk meraup sebanyak mungkin dana dari calon siswa atau mahasiswa. Menaikkan biaya sekolah atau kuliah merupakan ujung tombak pembiayaan BHPMN, karena usaha lainnya seperti menjual hasil-hasil penelitian kepada perusahaan swasta, menyewakan asset kampus (gedung, sarana olahraga, dsb), memfasilitasi industri perdagangan untuk investasi di kampus, belumlah menunjukkan hasil yang nyata. Maka, tak heran apabila setiap tahunnya biaya pendidikan selalu naik. Selain itu, BHPT dapat melakukan investasi dan memiliki unit usaha layaknya sebuah perusahaan yang mencari keuntungan. Realitas ini, sangat bertentangan dengan konsep penyelenggaraan pendidikan dalam RUU ini yang menyebutkan bahwa BHP adalah institusi yang berprinsip nirlaba.
Dampak peraturan ini tidak hanya pada institusi pendidikan negeri, tetapi juga swasta. Dampak yang paling terasa adalah berkurangnya peminat (calon mahasiswa) terutama untuk kampus swasta yang tidak ‘terkenal’. Karena dia harus tersisihkan oleh kampus negeri yang ‘diswastakan’. Hal ini diperparah dengan dibolehkannya institusi pendidikan asing untuk membuka cabangnya di Indonesia. Pilihannya kalau tidak gulung tikar, ya merger dengan kampus lainnya. Dengan adanya institusi asing, jelas akan menjadi ancaman nyata bagi institusi pendidikan dalam negeri. Tidak terbayang apabila suatu insitusi pendidikan dalam negeri harus tutup akibat tidak mampu untuk bersaing, maka berapa karyawan yang harus kehilangan pekerjaannya, berapa mahasiswa di kampus tersebut yang harus pindah kuliah (mengulang lagi dari awal), dan lain sebagainya. Dan, pemerintah tidak menghitung akibat seperti ini.
Selain itu, BHP ini tidak membawa perubahan bagi terselenggaranya demokratisasi di dalam kampus. Untuk Pendidikan Tinggi, Mahasiswa-sebagai kalangan mayoritas-sama sekali tidak mendapat tempat dalam struktur kampus. Dalam RUU ini disebutkan bahwa struktur kepemimpinan di Perguruan Tinggi adalah Majelis Wali Amanah (MWA), Dewan Audit, Senat Akademik, Pimpinan Perguruan Tinggi, dan unit lain yang dianggap perlu. Tidak ada posisi mahasiswa didalam struktur tersebut. Maka, jangan heran apabila kebijakan-kebijakan kampus lebih banyak merugikan mahasiswa. Salah satu struktur kepemimpinan, yaitu Senat Akademik berfungsi untuk merumuskan tata tertib kehidupan kampus. Dikhawatirkan, senat akademik dapat dengan seenaknya membuat peraturan untuk seperti pelarangan mahasiswa untuk masuk pada organisasi ekstra kampus. Kalau itu terjadi, maka ini tak beda dari kebijakan NKK/BKK di jaman orde baru. Tidak dilibatkannya mahasiswa dalam proses pengambilan kebijakan kampus, menjadi ciri nyata belum demokratisnya sistem kampus tersebut.
Untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah, siswa dan orangtua siswa pun tidak berperan penting dalam proses pengambilan kebijakan. Orangtua siswa dapat berpartisipasi (masuk menjadi anggota) pada Komite Sekolah. Tetapi, Komite Sekolah bukanlah badan struktural yang mengambil kebijakan dalam BHP Dasar-Menengah. Selain taktik sekolah untuk menggalang dana (dalam RUU ini disebut dengan kata "dukungan sumber daya"), Komite Sekolah hanya sekedar difungsikan memberikan masukan kepada kepala sekolah.
Selain dampak merugikan terhadap orangtua siswa atau mahasiswa, BHP juga mempunyai dampak yang merugikan terhadap pegawai administrasi kampus dan tenaga pengajar, terutama kampus negeri. Dengan berstatus BHP, maka tenaga administratif dan tenaga pengajar tidak lagi berstatus pegawai negeri, tetapi menjadi pegawai BHP, yang bekerja berdasarkan peraturan kerja yang ada. Hal ini berarti, mereka bekerja berdasarkan sistem kerja fleksibel dan kerja kontrak, sesuai dengan UU Ketenagakerjaan yang ada di Indonesia. Selain itu proses perubahan menuju institusi yang berbadan hukum pasti akan diikuti dengan usaha rasionalisasi demi efisiensi. Proses ini telah terjadi di beberapa kampus, dan yang pertama terkena dampaknya adalah para pegawai rendahan dan dosen-dosen muda (pemutusan kerja). Nasib mereka akan sama dengan buruh-buruh di pabrik yang tidak memiliki masa depan terhadap masa depan pekerjaannya, yang harus siap kehilangan pekerjaannya setiap saat tanpa adanya tunjangan yang layak.
Rakyat Tidak Membutuhkan RUU BHP
Setumpuk permasalahan yang muncul dari RUU BHP ini, semakin menjelaskan watak Rezim SBY - Kalla yang tidak berpihak pada rakyat. Dalam kondisi tingginya jumlah buta huruf di Indonesia, tingginya angka putus sekolah, dan banyaknya anak-anak muda yang tidak bisa kuliah, rezim bukannya menjamin sekolah gratis dan kuliah murah, namun semakin mendorong terjadinya privatisasi sekolah dan Perguruan Tinggi. Setelah rezim sebelumnya mengeluarkan peraturan yang reaksioner, yaitu PP 60/ 61 tahun 1999, UU Sisdiknas No.20 tahun 2003, dan beberapa PP yang mem-BHMN-an Perguruan Tinggi, rezim SBY-Kalla melanjutkannya dengan mengeluarkan peraturan yang secara substansi adalah sama : komersialisasi dan privatisasi pendidikan. Sudah saatnya kita bersama-sama bersatu untuk dengan lantang mengatakan, "Rakyat tidak butuh RUU BHP, yang dibutuhkan rakyat sekarang adalah kebijakan yang menjamin sekolah gratis dan kuliah murah".

Etika Profesi

PENGERTIAN ETIKA DAN ETIKA PROFESI
Apakah etika, dan apakah etika profesi itu? Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.
Menurut Martin [1993], etika didefinisikan sebagai "the discipline which can act as the performance index or reference for our control system". Dengan demikian, etika akan memberikan semacam batasan maupun standard yang akan mengatur pergaulan manusia didalam kelompok sosialnya. Dalam pengertiannya yang secara khusus dikaitkan dengan seni pergaulan manusia, etika ini kemudian dirupakan dalam bentuk aturan (code) tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada; dan pada saat yang dibutuhkan akan bisa difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik Dengan demikian etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan "self control", karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri.
Selanjutnya, karena kelompok profesional merupakan kelompok yang berkeahlian dan berkemahiran -- yang diperoleh melalui proses pendidikan dan pelatihan yang berkualitas dan berstandar tinggi -- yang dalam menerapkan semua keahlian dan kemahirannya yang tinggi itu hanya dapat dikontrol dan dinilai dari dalam oleh rekan sejawat, sesama profesi sendiri. Kehadiran organisasi profesi dengan perangkat "built-in mechanism" berupa kode etik profesi dalam hal ini jelas akan diperlukan untuk menjaga martabat serta kehormatan profesi, dan disisi lain melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun penyalah-gunaan keahlian (Wignjosoebroto, 1999).
Oleh karena itu dapatlah disimpulkan bahwa sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bilamana dalam diri para elit profesional tersebut ada kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukannya. Tanpa etika profesi, apa yang semula dikenal sebagai sebuah profesi yang terhormat akan segera jatuh terdegradasi menjadi sebuah pekerjaan pencarian nafkah biasa (okupasi) yang sedikitpun tidak diwarnai dengan nilai-nilai idealisme dan ujung-ujungnya akan berakhir dengan tidak-adanya lagi respek maupun kepercayaan yang pantas diberikan kepada para elite profesional ini.

Minggu, 06 April 2008

Kepemimpinan Lingkungan(Environmental Leadership)

Cukup sulit menemukan definisi yang tepat dan menarik tentang apa itu kepemimpinan lingkungan? Istilah ini menarik perhatian tetapi di dalam berbagai tulisan dan web site lembaga pendidikan tinggi, LSM atau badan pemerintah di beberapa negara tidak ada definisi yang tepat dan betul-betul jelas untuk digeneralisir dari berbagai pendapat dan definisi yang ada menjadi sebuah definisi yang dapat diterima secara luas. Apakah penerima hadiah Kalpataru, penerima Hadiah Nobel bidang lingkungan atau perusahaan-perusahaan yang menjalankan perusahaan dengan kinerja yang ramah lingkungan (eco-friendly performance) bisa disebut sebagai orang-orang dan institusi memiliki kepemimpinan lingkungan? Apakah Menteri Negara Lingkungan Hidup, Kepala Bappdal atau Kepala Bappedalda serta Kelapa Pusat Penelitian atau Bidang Studi Lingkungan Hidup di Universitas otomatis memiliki kepemimpinan lingkungan? Apakah memang ada model baru kepemimpinan khususnya di bidang lingkungan? Apakah mereka memiliki bawahan atau konstituen yang harus dipimpin? Logikanya ada pemimpin ada bawahan. Apakah manusia bisa memimpin lingkungan, bagaimana institusi, mekanisme, kewenangan dan kekuasaan yang bisa dipegang untuk memimpin lingkungan? Apakah ada pemimpin yang mempunyai perilaku ramah lingkungan atau berhasil memimpin masyarakat untuk menjadi ramah lingkungan? Tulisan singkat ini menelusuri beberapa pustaka dan websites di dunia maya guna menjajagi apa yang dimaksudkan dengan kepemimpinan lingkungan itu? Hasil telusuran menunjukkan bahwa pengertian environmental leadership ternyata tidak semata-mata berarti atau berkaitan dengan kepemimpinan saja. Tafsiran akan kepemimpinan lingkungan bervariasi luas Pengertian dan Ruang Lingkup Kepemimpinan Lingkungan Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi serta upaya penanganan persoalan-persoalan sumberdaya alam dan lingkungan, berkembang pula berbagai cabang ilmu, pendekatan, tema atau model serta metodologi untuk mengkaji dan melestarikan atau membangun lingkungan. Ilmu lingkungan sendiri terus berkembang dan memiliki cabang-cabang baru seperti politik lingkungan, ekonomi lingkungan, hukum lingkungan, ekonomi sumberdaya dan sebagainya. Salah satu terminologi yang akhir-akhir ini banyak dibicarakan juga adalah kepemimpinan lingkungan. Apa itu kepemimpinan lingkungan (environmental leadership)? Apakah ini adalah suatu model baru di bidang kepemimpinan atau sebenarnya bukan hal yang sama sekali baru tetapi menggunakan istilah baru? Ada banyak pertanyan kunci yang bisa diajukan mengenai teori, konsep dan implementasi kepemimpinan lingkungan Dari berbagai sumber bacaan kepempimpinan lingkungan ternyata tidak hanya dalam bentuk kinerja seorang dalam menjalankan kegiatan yang ramah lingkungan di mana orang itu menjadi pemimpinnya. Ternyata kepemimpinan lingkungan mencakup kesadaran, niat dan upaya kolektif untuk merubah cara pandang orang atau institusi terhadap lingkungan dan melakukan yang baik sehingga lebih ramah dan bertangung jawab terhadap lingkungannya. Bagaimana kepemimpinan dan lingkungan dipadukan? Lingkungan menyangkut berbagai hal. Tergantung di negara mana orang berbicara lingkungan, apa lingkungan sekitarnya apa kepentingannya dan apa politiknya juga. Juga penting dilihat sejauh mana orang berpengalaman dengan persoalan-persoalan lingkungan, apakah praktisi atau peneliti dan kaum akademik atau pemerhati semata. Karna itu juga pandangan mereka akan kepemimpinan lingkungan sangat bervariasi. Misalnya di negara maju lingkungan menyangkut polusi udara, pemanasan global, corporate social responsibility, pencemaran air, keadilan lingkungan (environmental justice), kesahatan masyarakat (public health), kesehatan lingkungan (environmental health) perencanaan dan kebijakan transportasi, ekonomi dan pembangunan masyarakat (economic and community development), dan pengorganisasian masyarakat dalam arti luas (broad-based community organizing) dan sebagainya. Bagi kita persoalan lingkungan mungkin menyangkut banjir, penyakit, sampah, kerusakan hutan pencemaran udara dan sebagainya. Kepemimpinan memerlukan kelembagaan (institusi) yang terdiri dari organisasi dengan struktur dan fungsinya, aturan dan penegakan hukum, etika, perilaku, sistem manajemen dan anggotanya. Kepemimpinan juga memerlukan kewenangan dan kekuasaan. Pemimpinan tanpa kewenangan dan kekuasaan tidak ada artinya. Selain itu kemepimpinan memerlukan konstituen, orang yang dipimpin dan bisa digerakkan untuk mencapai tujuan dan sasaran bersama. Kemampuan kepemimpinan seseorang tanpa mendapat dukungan luas dari konstituen di bawahnya tidak akan berarti banyak. Ada banyak conroh dimana kepemimpinan lingkungan tradisional sudah ada dan kuat posisinya karena adanya institusi tradisional yang mendukung. Kepemimpinan bisa muncul dalam diri perorangan tetapi bisa kokoh jika ada institusi dan dukungan masyarakat dengan aturan dan organisasi, juga karena adanya kekuasaan dan kewenangan. Ada pula kepemimpinan yang muncul, dihargai atau dihormati bukan karena kekuasaan dan kewenangan tetapi karena kharisma, pendidikan, kepekaan, keteladanan dan ketokohan yang tidak harus dimediasi dalam suatu institusi. Kalau kita memakai logika saja lingkungan tidak mungkin dipimpin seorang manusia. Karena lingkungan adalah benda mati yang tidak bisa memberikan respons terhadap arahan, instruksi, perintah, mediasi atau tuntutan seorang pemimpin. Orang yang dipimpin biasanya berada dalam sistem dan struktur. Apakah itu struktur sosial, struktur organisasi dengan jalur komando seperti di bidang militer atau struktur perusahaan, pemerintah dan lembaga pendidikan. Lingkungan tidak bisa ada dalam struktur social walaupun dia mendukung struktur sosial. Apakah Ini Contoh Kepemimpinan Lingkungan? Kepemimpinan lingkungan bisa dibangun di dalam kampus sebuah lembaga pendidikan tinggi. Misalnya dengan membangun kerangka pikir intelektual, sistem penelitian, pengabdian pada masyarakat atau pembangunan masyarakat dan pendidikan dan latihan bagi perorangan sedemikian rupa sehingga perorangan ini bisa mengarahkan atau memimpin sebuah komunitas untuk menggunakan sumberdaya alam, sumberdaya teknologi dan sumberdaya manusia yang kemudian membantu memecahkan masalah-masalah lingkungan. Istilah umum yang biasa digunakan adalah membangun kesadaran lingkungan (environmental awareness). Dalam kata lain sistem pendidikan bisa membangunan kepemimpinan atau memperkuat peranan kepimpinan dalam membina pelayanan, perawatan/pemeliharaan dan penanganan persoalan lingkungan oleh perorangan atau lembaga. Ada banyak kepemipinan lokal dan tradisional yang mendukung pelestarian lingkungan di Indonesia namun tidak banyak diungkapkan atau dinyatakan sebagai kepemimpinan lingkungan. Paling tidak sebagian bisa dikaitkan dengan kelembagaan dan kepemimpinan tradisional. Kepemimpinan lingkungan dapat dibangun atau sudah eksis di dalam sebuah komunitas masyarakat tradisional atau masyarakat dan institusi pedesaan. Misalnya bisa kita lihat dalam kasus Desa Alang-Alang di Tanjung Jabung, Jambi. Ketika kita memasuki desa ini dari laut Selat Malaka kita akan menelusuri sungai kecil yang menuntun kita menuju desa yang dikelilingi bakau dan nipah yang rimbuin dan terawat baik. Masyarakat desa ini memiliki seorang Kepala Desa yang mempunyai wasasan dan kepemimpinan yang menakjubkan khusus dalam hal pelestarian bakau dan nipah. Padahal beliau tidak memiliki pendidikan khusus di bidang lingkungan sama sekali apalagi khususnya dalam bidang ekosistem pantai, bakau atau nipah atau juga tidak pernah mendapat pendidikan untuk menjadi pemimpin lingkungan. Apakah ini sebuah kepemimpinan lingkungan? Kepala desa memimpin masyarakat untuk tidak merubah ekosistem bakau menjadi tambak atau masyarakat di larang keras merusak hutan bakau dan nipah. Bahkan dengan swadaya masyarakat, dikembangkan program penanaman bakau yang kemudian menarik minat dan perhatian pemerintah sehingga mendapat bantuan dari pihak kehutanan (BRLKT yang kini berubah menjadi BPDAS) dan pemerintah daerah untuk pengembangan pesemaian anakan bakau. Penduduk di sini bahkan mengembangkan sistem pemeliharaan kepiting yang memadukan empang berbentuk parit dengan tanaman bakau sebagai penyanggah parit. Kepemimpinan lingkungan juga muncul di dalam sinergi institusi agama dan institusi pemerintah kabupaten. Misalnya pada tahun 1960-an seorang pemimpin agama di Kabupaten Sikka Flores merintis pengembangan tanaman lamtoro sebagai bagian dari upaya konservasi tanah dan air yang berhasil merubah sistem pertanian lahan kering berbasis tanaman jagung menjadi sistem produksi perkebunan rakyat dengan tanaman coklat, vanili, cengkeh, kopi, kelapa dan kemiri. Dalam dua puluh tahun terjadi perubahan lingkungan yang sangat menakjubkan. Pemimpin agama ini tidak bekerja sendiri tetapi membangun sinergi dengan Pimpinan Dinas Pertanian Kabupaten Sikka dan mendapat dukungan dari masyarakat atau umatnya. Insentif implementasi proyek di sini tidak didasarkan pada GBHN, APBN, APBD, program dan rencana kerja, strategi SOP atau PROTAP suatu institusi formal pemerintah tetapi karena adanya kepemimpinan yang responsif terhadap kondisi alam dan kebutuhan masyarakat petani yang ada di dalam pribadi-pribadi pemimpin yang saling bersinergi kemudian mendapat dukungan masyarakat luas. Bagi masyarakat tradisional di Kalimantan, lingkungan dalah hutan, tanah dan air dengan produk bukan kayu, hewan burun, ikan di sungai. Mereka memiliki institusi dan tidak mempersoalkan etika dan kepemimpinan lingkungan karena perilaku kolektif, kebutuhan dasar, ada norma dan etika dan aturan tradisional sudah ada di mana mereka tidak akan mengambil sumber alam melebihi daya dukungnya sampai hutan dan alam mereka dijarah pihak luar. Hal yang sama juga dapat dilihat dalam masyarakat tradisional di berbagai daerah baik di Jambi, Maluku, Bali, Sulawesi dan lain-lain yang memiliki institusi tradisional yang sudah pasti memiliki kepemimpinan. Organisasi, aturan main, etika dan kepemimpinan ini pasti memiliki unsur-unsur kearifan tradisional yang memperhatikan lingkungan Apakah ini juga disebut kepemimpinan lingkungan? Kepemimpinan Lingkungan atau Kesadaran Lingkungan? Kepemimpinan lingkungan menjadi tugas dan kewajiban semua orang. Karena itu setiap orang bisa menjadi pemimpin lingkungan. Yang menjadi soal adalah tidak bisa semua orang bisa jadi pemimpin lingkungan tergantung pada media dan konstituennya dan yang lebih penting adalah persoalan lingkungan yang akan diatasi. Visi kepemimpinan lingkungan sering dinyatakan sebagai merubah kultur (budaya) di dalam suatu sistem pengelolaan lingkungan (bisa pengelola kawasan konservasi, rehabilitasi hutan, atau penanganan lingkungan di dalam suatu pabrik) sedemikian rupa sehingga para staf dan karyawan mempunyai keinginan untuk menjalankan kegiatan atau usaha dan bisnis mereka dengan cara-cara yang bertanggung jawab demi lingkungan. Dari berbagai bacaan didapatkan unsur kepemimpinan lingkungan bisa terdiri dari sikap dan perilaku serta tindakan dalam bentuk: 1). Taat dan memantuhi hukum atau peraturan perundangan bidang lingkungan, 2). Melakukan tindakan pencegahan perusakan lingkungan, 3) Mencari cara-cara dan implementasi model pembangunan berkelanjutan, 4) Memberikan informasi dan pendidikan lingkungan kepada orang di sekitar kita dan orang lain dalam hal persoalan dan penanganan masalah lingkungan, 5). Mencari dukungan dan mendukung reformasi atau perubahan kebijakan di bidang lingkungan. 6). Melakukan perubahan sistem manajemen dan proses produksi di dalam sebuah industri atau bisnis yang ramah lingkungan atau mempunyai kinerja yang bersahabat dengan lingkungan, 7) membangun kesadaran dan komitment terhadap lingkungan. Cara pandang terhadap kepemimpinan lingkungan juga sangat tergantung pada bidang lingkungan apa yang menjadi pusat perhatian ahli lingkungan (environmental scientists) pemerhati lingkungan (environmental observers) dan pegiat lingkungan (environmental activists) orang yang mempromosikan persoalan lingkungan. Seorang aktivis lingkungan yang anti produk GMO atau transgenik dan anti penggunaan bahan kimia dalam sistem pertanian intensif akan memusatkan persoalan kepemimpinan lingkungan dengan kampanye dan advokasi, menghimbau dan mengajak orang lain untuk membeli produk hijau (green products), organic and non-transgenic crops or products serta mengembangkan pertanian organik Seseorang yang sangat memperhatikan persoalan sampah akan memperlihatkan kepemimpian lingkungan dengan mengajak dan membangun sistem pembuangan sampah yang sehat. Orang yang prihatin dengan kerusakan hutan dan ekosistem lain akan memberikan dorongan kepada orang lain untuk menanam pohon atau mengajak dan menghimbau orang lain atau lembaga lain tidak merusak hutan melalui penebangan yang tidak sah. Pemerhati atau pegiat lingkungan bidang kelautan dan perikanan akan memberikan informasi atau mendorong kepemimpinan lingkungan dengan mengajak atau menghimbau agar penangkapan ikan tidak melebihi kapasitas atau daya dukung laut, menangkap ikan yang memiliki ukuran yang normal dan layak dan mengembalikan ikan berukuran kecil ke laut. Pemerhati ekosistem pantai dan bakau akan mengajak orang tidak merusak atau mengalih-fungsikan hutan bakau menjadi kawasan atau peruntukan lain. Demikian pula pemerhati pemanasan global akan memperjuangkan dilaksanakannya Clean Development Mechanisms (CDM). Kepemimpinan dan Lingkungan Kepemimpinan lingkungan sering pula identik dengan environmental management system atau environmental responsibility. Karena itu di berbagai media atau website lembaga pendidikan atau nirlaba sering ada penggunaan pengertian ini untuk menunjukkan bahwa kita seharusnya memperlihatkan kepemimpinan atau semangat untuk membangun sesuatu yang lebih bertangung jawab untuk lingkungan. Environmental leadership tidak harus diterjemahkan sebagai kepemimpinan lingkungan tetapi suatu niat, semangat, kesadaran, motivasi, komitment, cita-cita, daya juang untuk berbuat sesuatu demi lingkungan. Artinya jika ada pabrik yang menghasilkan polusi udara dan air disitu harus dibangun motivasi, sistem, kesadaran yang mengubah kinerja pabrik tidak sekedar menghasilkan produk yang laku di pasar tetapi ramah terhadap lingkungan. Misalnya sebuah pabrik kertas di Finlandia menghasilkan air limbah yang mengalir di parit dan sungai kecil tengah kota tanpa polusi di mana ikan bisa hidup normal di dalam air tersebut dan orang menikmati pemandangan yang indah dari kejernihan air tersebut. Kepemimpinan lingkungan biasanya muncul karena adanya persoalan serius di bidang lingkungan atau pembangunan yang berdampak pada lingkungan. Misalnya ada pabrik penghasil tinta mesin cetak, pabrik olie, pabrik minyak sawit yang dinyatakan menghasilkan dampak buruk pada lingkungan, akan timbul reaksi dari pemilik pabrik atau masyarakat yang menjadi korban pencemaran. Reaksi ini bisa ditanggapi dengan membangun kesadaran dan sistem pengolahan limbah yang ramah lingkungan. Reaksi juga bisa tidak muncul dari pemilik pabrik jika tidak ada tuntutan karena pelanggaran hukum lingkungan atau karena ada korban yang menderita karena pabrik tersebut. Tindakan, sikap dan perilaku yang berubah di dalam sebuah pabrik menunjukkan adanya kepemimpinan lingkungan. Namun ada pula yang berpendapat bahwa kepemimpinan lingkungan yang ditunjukkan sebuah perusahaan tidak sekedar memenuhi peraturan perundangan tetapi harus memperlihatkan komitmen yang lebih besar dari perusahaan tersebut untuk mengeluarkan uang ekstra dan mengalokasikan sumberdaya yang perlu untuk berbuat jauh lebih banyak daripada sekedar mentaati apa yang diatur oleh peratuan perundangan. Dalam hal ini ada upaya ekstra yang sukarela untuk memperbaiki kinerja perusahaan terhadap lingkungan. Ini yang disebut sebagai kepemimpinan lingkungan. Berbagai lembaga pendidikan memusatkan perhatian pada mengembangkan teori kepemimpinan dalam penanganan lingkungan. Ada berbagai teori kepemimpinan yang bias dipelajari untuk diterapkan pada pernanganan persoalan lingkungan. Namun yang paling penting diingat adalah bahwa lingkungan itu sendiri tidak bisa dipimpin atau dipengaruhi oleh kepemimpinan seseorang. Karena lingkungan adalah benda mati dan bukan konstituen dari suatu sistem organisasi, kelompok, partai atau sebuah struktur sosial. Menurut teori kepemipinan adalah bagaimana membuat orang lain berbuat sesuai dengan apa yang diinginkan atau diperintah oleh pimpinan. Jadi kepemimpinan lingkungan pada dasarnya adalah bagaimana kita memimpin, bersikap dan bertindak sehingga orang lain mau berbuat baik untuk lingkungan. Di sini ada struktur sosial di mana ada yang diperintah dan diatur. Misalnya dalam konteks militer, institusi, atau sistem sosial industri. Para pekerja, buruh, pemimpin militer dan institusi membutuhkan disiplin, perintah, instruksi dan efisiensi yang harus terus ditingkatkan. Setiap orang atau kelompok harus digerakkan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Di sini kepemimpinan berfungsi karena adanya struktur social. Tetapi bagaimana dengan kepemimpinan lingkungan? Modul pelatihan kepemimpinan lingkungan yang dikeluarkan oleh Kansas Environmental Leadership Program menulis: The boundaries of modern social structures have set the parameters of our understanding of leadership, and these parameters do not apply clearly to environmental leadership . Karena itu kita perlu berhati-hati menterjemahkan kepemimpinan lingkungan dan memerapkannya ke dalam suatu sistem atau model manajemen pengelolaan lingkungan. Bisa terjadi ada salah kaprah dan bahkan ketidak jelasan pengertian, konsep dan aplikasinya sehingga menjadi rancu dan menimbulkan pertanyaan apakah kepemimpinan lingkungan sama dengan upaya membangun sistem yang ramah lingkungan? Bisa jadi kepemimpinan lingkungan sama dengan perjuangan menyelamatkan lingkungan, kesadaran lingkungan, komitmen terhadap keadilan lingkungan, tanggung jawab sosial dan lingkungan sebuah perusahaan atau mungkin upaya penegakan hukum lingkungan. Bahan Bacaan 1. MODULE 1 of Environmental Leadership Training Session One Introduction to Leadership and Water Resources. Kansas Environmental Leadership Program, Kansas State University Agricultural Experiment Station and Cooperative Extension Service In Cooperation with the Kansas Department of Health and Environment and Supported by U.S. Environmental Protection Agency Section 319, Non-point Source Pollution Control. 2. Arbor, Ann. 1996. Environmental Leadership at the University of Michigan: Activities and Opportunities. Final Draft. Greening the Maize and Blue Advisory Committee University of Michigan 3. Greening The National Park Service Environmental Leadership. http://www.nps.gov/renew/leadership.htm. 4. GarcĂ­a, Robert, 2002. Equal Access to California's Beaches Resource Paper Series, presented to Second National People of Color Environmental Leadership Summit - Summit II October 23, 2002 Center for Law in the Public Interest Santa Monica, California. 5. The Environmental Leadership Program. http://www.elpnet.org. 6. Reynolds, John. Environmental Leadership. The Green Voice

Sabtu, 08 Maret 2008

Darah Juang

Darah Juang

di sini negeri kami
tempat padi terhampar luas
samuderanya kaya raya
tanah kami subur, Tuhan.
di negeri permai ini
berjuta rakyat bersimbah luka
anak kurus tak sekolah
pemuda desa tak kerja
mereka dirampas haknya
tergusur dan lapar
bunda, relakan darah juang kami
tuk membebaskan rakyat
padamu kami berjanji
padamu kami berbakti
tuk membebaskan rakyat
Darah Juang adalah lagu perjuangan mahasiswa Indonesia yang lahir di era reformasi sejak menjelang jatuhnya Orde Baru. Lagu ini karangan aktivis John Sonny Tobing, Ketua KM UGM pertama mahasiswa Fakultas Filsafat UGM Yogyakarta sekitar tahun 1990.
Lirik lagu ini dikerjakan bersama Andi Munajat (Fakultas Filsafat UGM)
Lagu ini kemudian kerap dinyanyikan dan dianggap sebagai lagu wajib dalam setiap demonstrasi mahasiswa di seluruh Indonesia.